Much. Khoiri
Dalam urusan pekerjaan, ada dua pilihan yang sama-sama menantang: menciptakan atau mencari pekerjaan. Lazimnya menciptakan dimaknai lebih rumit dan mahal dari pada mencari. Karena itu, jika dua pilihan itu disodorkan kepada kita, kita umumnya memilih pilihan kedua. Maka, dalam momen ini, saya terpaksa tunduk pada kecenderungan persepsi forum di sini—khususnya bagaimana kesempatan dan strategi aplikasi kerja (melamar pekerjaan).
Dalam urusan pekerjaan, ada dua pilihan yang sama-sama menantang: menciptakan atau mencari pekerjaan. Lazimnya menciptakan dimaknai lebih rumit dan mahal dari pada mencari. Karena itu, jika dua pilihan itu disodorkan kepada kita, kita umumnya memilih pilihan kedua. Maka, dalam momen ini, saya terpaksa tunduk pada kecenderungan persepsi forum di sini—khususnya bagaimana kesempatan dan strategi aplikasi kerja (melamar pekerjaan).
Bicara tentang kesempatan kerja, dewasa ini begitu banyak pelamar yang berkompetisi satu sama lain untuk memperebutkan kesempatan yang terbatas. Mereka harus berkompetisi dengan ribuan pelamar yang lain. Kalau Anda salah satu di antara para pelamar, seyogianya Anda menyadari fakta bahwa status lulusan perguruan tinggi—alias sarjana—saja tidaklah menjamin Anda untuk memperoleh pekerjaan yang Anda inginkan. Itu saja belum lah cukup; Anda harus mampu menawarkan lebih. Anda harus mempromosikan dan memasarkan kemampuan dan ketrampilan Anda secara lebih efektif daripada pelamar yang lain.
Sebelum melamar pekerjaan, terdapat tiga langkah awal penting yang perlu Anda pertimbangkan, yakni: evaluasi diri (self-evaluation), pencarian jenis pekerjaan (job search), dan pemilihan jenis kerja (job selection). Dalam langkah evaluasi diri, ada tiga aspek yang perlu dievaluasi dengan teliti dan seksama, yakni: ketrampilan (skills), bakat dan kemampuan (aptitudes), dan minat dan pilihan (interests and preferences). Terkait dengan ketrampilan, perlu dievaluasi, skill apakah yang Anda peroleh dari pendidikan formal, pendidikan non-formal, atau hobi dan minat? Aptitude meliputi kemampuan alamiah dan bakat—misalnya bahasa yang dipelajari, apakah Anda termotivasi, apakah Anda selalu berpikir positif, mampukah Anda berkomunikasi secara efektif? Yang terakhir, minat dan pilihan berkaitan dengan pekerjaan—misalnya apakah Anda suka kerja dengan orang-orang atau komputer, di dalam atau di luar gedung, dengan tugas tunggal spesifik atau tugas variatif, untuk kemajuan yang biasa atau luar biasa, dan sebagainya. Semua ini haruslah menunjang posisi atau pekerjaan yang hendak diincar.
Kemudian, pencarian pekerjaan (job search) dapat ditempuh. Ada banyak sumber yang dapat Anda gunakan untuk membantu Anda dalam mencari (jenis) pekerjaan—baik melalui kontak personal, agen-agen kerja, pusat-pusat penempatan kerja di sekolah atau lembaga pendidikan, iklan-iklan Koran, majalah bisnis, pengumuman layanan public, internet, dan sebagainya. Untuk hal ini, Anda perlu mulai sejak awal dan menangkap setiap kesempatan yang tersedia. Pengalaman merupakan asset penting untuk pekerjaan Anda mendatang. Anda juga perlu menghubungi setiap orang yang pernah Anda kenal. Jangan ragu untuk minta tolong kepada mereka, siapa tahu mereka memiliki kesempatan kerja yang dapat Anda tangkap. Selanjutnya, Anda dapat juga bergabung dengan organisasi-organisasi sosial, bagilah gagasan dan informasi, dan mintalah pendapat dan saran mereka. Kemudiam, juga periksalah iklan-iklan dan pengumunan lowongan kerja.
Tahap ketiga, menentukan pilihan jenis pekerjaan. Dalam kaitan ini Anda harus menyesuaikan ketranmpilan, bakat dan kemampuan, minat dan pilihan dengan tuntutan pangsa kerja. Tahap inilah yang dapat mengarahkan karir Anda di masa depan. Dengan pilihan yang sesuai, Anda akan merasakan kenyamanan bekerja, dan dengan demikian Anda akan memperoleh kepuasan. Strateginya adalah (1) ukurlah kekuatan dan kelemahan diri, (2) pilihlah pekerjaan yang mana Anda dapat menuntaskan pekerjaan optimal, (3) hindari jenis pekerjaan yang justru mengarahkan Anda ke kegagalan, (4) camkanlah bahwa keberhasilan dalam kerja bergantung banyak pada seberapa optimal Anda menggunakan sumber dan bakat Anda, (5) temukanlah pekerjaan yang membuat Anda puas mengetahui kontribusi Anda bagi perusahaan tempat Anda (akan) bekerja, (6) selalu tingkatkanlah kemampuan dan wawasan terbaru untuk kemajuan perusahaan di masa depan.
Dengan demikian, melamar pekerjaan, sebagaimana melamar gadis, haruslah memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan oleh si empunya pekerjaan—tentu saja setelah melampaui tiga tahap di atas. Syarat-syarat ini sangat bervariasi antara instansi/perusahaan satu dan lainnya. Karena itu, bacalah berbagai surat-kabar edisi Sabtu dan/atau Minggu, tepatnya kolom iklan kerja. Di sana Anda akan dapati alangkah variatifnya tuntutan yang dipatok oleh pemasang iklan kerja.
Lalu, Anda akan menyadari, ada syarat-syarat umum yang perlu Anda miliki: kualifikasi keilmuan, kompetensi bahasa asing aktif (Inggris, Jepang, Mandarin), komputer, motivasi tinggi, kemandirian & kreativitas, kepemimpinan, kemampuan bekerja dalam tim, penampilan menarik, pengalaman kerja sekian tahun. Dan seterusnya. Anda juga menyadari, bahwa makin profesional (baca: makin tinggi tawaran gaji) suatu instansi/perusahaan, makin tinggi pula patokan syarat yang ditentukan untuk Anda penuhi.
Memang, memenuhi seluruh syarat yang ditetapkan tidaklah selalu mudah. Sebagian kita malah menggerutu lebih dahulu tatkala melihat syarat yang banyak dan memusingkan. Maka, cobalah pilih pekerjaan yang terdekat dengan kemungkinan Anda untuk memenuhi syarat-syaratnya. Atau, tingkatkan kemampuan dan ketrampilan diri agar secepatnya memenuhi syarat-syarat umum yang dituntut pasar kerja. (Jika bahasa Inggris, lisan dan/atau tulis, ditetapkan sebagai syarat utama, maka Anda mau tak mau harus belajar bahasa Inggris dengan tekun dan intensif agar kemampuan bahasa Inggris Anda memenuhi syarat tersebut.)
Kalau Anda sudah menentukan pilihan calon pekerjaan, Anda perlu segera membuat surat lamaran pekerjaan. Tentu saja surat lamaran pekerjaan Anda haruslah terbaik, memikat, dan membuat si empunya pekerjaan jatuh hati pada Anda. Lewat surat itu, Anda harus menunjukkan bahwa Anda orang yang tepat untuk mengisi lowongan yang dibutuhkan. Apapun kemampuan Anda, yang relevan dengan pekerjaan yang diincar, bisa Anda cantumkan. Tetapi, ingat, jangan pernah melakukan kebohongan di atas surat lamaran Anda.
Setelah surat lamaran itu, yang dilengkapi berkas-berkas lain, Anda kirimkan ke alamat sasaran, sebaiknya Anda tidak hanya menunggu. Dengan bahasa sopan, Anda bisa mengeceknya ke alamat tersebut apakah lamaran Anda sudah sampai—dan jika perlu, menanyakan kapan surat itu akan memperoleh hak balasan. Langkah proaktif ini cukup sangkil dan mangkus. Jika memang tak berjodoh, Anda tak usah menunggu terlalu lama: Segeralah Anda melayangkan lamaran ke tempat lain.
Berapa surat lamaran yang harus dibuat dan dikirimkan ke si empunya pekerjaan. Jawabnya: RELATIF. Ada orang yang hanya sekali buat surat lamaran, langsung diterima. Namun, ada pula orang yang puluhan kali mengirimkan surat serupa, hasilnya masih tetap nol. Mengapa demikian? Selain ditunjang upaya-upaya manusia, pekerjaan itu sendiri hakikatnya adalah rezeki—dan rezeki adalah salah satu rahasia tersembunyi yang berada di luar keberdayaan kita. Tetapi, bukankah kita sebagai manusia harus senantiasa berikhtiar sebelum tunduk pada tangan rezeki?
Sekarang, anggaplah Anda mendapat panggilan wawancara. Maka, Anda harus mempersiapkan diri untuk melakukannya dengan sebaik-baiknya. Persiapan fisik, mental, dan kemampuan diri yang prima perlu diprioritaskan. Menjelang wawancara, Anda tak usah terjaga semalam suntuk untuk meracik apa-apa yang barangkali ditanyakan. Sebaliknya, tidur harus cukup, mental harus santai dan tenang. Jika Anda merasa tegang, sangat mungkin apa-apa yang telah Anda pahami atau hafalkan akhirnya raib atau lenyap dari memori Anda.
Seyogianya Anda memfokuskan diri pada sejumlah butir hal berikut ini saat menjelang mengikuti wawancara:
1. Pakaian dan penampilan: rapi, necis, profesional
2. Memori tentang isi surat lamaran
3. Bahasa verbal: baik, benar, sopan
4. Bahasa tubuh: jalan, duduk, bicara, pandang
5. Keterusterangan: kemampuan, gaji, karir
6. Kesanggupan adaptasi
7. Motivasi prestatif
8. Kemauan meningkatkan kemampuan diri
9. Rasa terima-kasih
Sejumlah butir hal tersebut kelihatannya begitu kompleks, dan lazimnya menjadi kendala tertentu bagi pencari kerja pemula. Kekhawatiran dan keengganan sering berkecamuk di dalam benak mereka, sehingga proses wawancara terganggu. Akan tetapi, seiring waktu, kendala apapun hanya akan berdiri sebagai tantangan.
Mungkin patut diingat: Jika sejumlah hal tersebut bisa Anda lakukan dengan jitu, dalam tingkat upaya (ikhtiar), Anda sudah cukup memadai untuk memikat calon bos atau atasan Anda. Selebihnya, serahkan hasilnya kepada Tuhan Yang Maha Pemberi Rezeki. Man proposes, God disposes.
****
BIBLIOGRAFI
David J. Schwartz. 1996. Berpikir dan Mejadi Sukses (Terj. Anton Adiwiyoto). Jakarta : Binarupa Aksara.
Herpinus Simanjuntak. 1997. English for Applicants and Interviews. Jakarta: Visipro.
John C. Maxwell. 2001.The 21 Irrefutable Laws of Leadership (21 Hukum Kepemimpinan Sejati, terj. Arvin Saputra). Jakarta: Interksara
Krisana Kritmanorote. 1998. .Maju Meraih Puncak Sukses. Jakarta : Pustaka
Delapratasa.
Sumarliah, Eli dkk. 2003. English for Career and Business. Jakarta : Indonesian
Education Management Institute (IEMI).
2 komentar:
I should have read it two and a half years ago. Saya dulu langsung melamar kerja tanpa mengukur kemampuan diri dan beberapa faktor lain, Pak. Dan harus menghabiskan waktu dua taun untuk mengerti bahwa bekerja memang lebih dari sekedar mengembangkan ilmu, tapi hendaknya mengenal diri sendiri dengan baik.
Thanks for sharing,... ilmu baru buat saya. Kalau suatu saat melamar kerja lagi, setidaknya sudah punya bekal yang cukup... ^_^
Linna, tidak ada kata terlambat...sy juga suka selalu belajar. Dunia ini sekolah yang unik untuk dipelajari dan dipahami. Untuk menjadi manusia seutuhnya.
Thanks for visiting.
Posting Komentar